Thursday, December 11, 2008

SISTEM PEREKONOMIAN TIMOR LESTE


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang sudah berkembang sejak beberapa abad lalu. Perkembangannya sebagai ilmu suatu bidang ilmu pengetahuan bermula sejak tahun 1776,yaitu setelah Adam smith-seorang pemikir dan ahli ekonomi inggris menerbitkan bukunya yang berjudul "An inquiry into the nature and causes of the wealth of nations". Pertumbuhan dan modernsasi kegiatan ekonomi di berbagai negara sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran-pemikiran ekonomi sejak penerbitan buku Adam smith separti yang di nyatakan di atas.Pada masa ini analisis-analisis dalam ilmu ekonomi telah manjadi lebih kompleks dan mamberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai kegiatan suatu perekonomian. Dalam garis besarnya ,analisis-analisis yang terdapat dalan ilmu ekonomi dapat dibedakan kepada dua bentuk analisis: teori mikroekonomi dan makroekonomi.
Berdasarkan kondisi system perekonomian Timor Leste yang semakin tidak menentu menyebabkan banyak permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya yaitu kurangnya sumber daya manusia dalam peningkatan lahan pertanian sesuai dengan system perekonomian yang kita harapkan . Seiring dengan semakin kurang sumber daya manusia seperti skill yang diikuti peningkatan penghasilan perkapital menjadikan masyarakat lebih bersifat konsumtif. Dalam hal ini kebutuhan primer manusia yaitu, meliputi pangan, sandang, dan papan semakin meningkat pula terutama di negara berkembang.
Proses transformasi negara berkembang dari masyarakat agaris ke masyarakat industri adalah salah satu indikasi dari proses industrialisasi. Berkaitan pula dengan perkembangan pembangunan ekonomi adalah pembaharuan, yang juga merupakan suatu bentuk perubahan ke arah yang dikehendaki, tetapi lebih berkait dengan nilai-nilai atau sistem nilai. Pembangunan dengan demikian juga berarti pembaharuan, meskipun pembaharuan tidak selalu harus berarti pembangunan. Dengan tidak mengabaikan sumbangan disiplin ilmu sosial lain terhadap studi pembangunan, kajian bidang ekonomi memberikan dampak paling besar terhadap konsep-konsep pembangunan. Dalam model Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh dua unsur pokok, yaitu tingkat tabungan (investasi) dan produktivitas kapital (capital output ratio). Agar dapat tumbuh secar berkelanjutan, masyarakat dalam suatu perekonomian harus mempunyai tabungan yang merupakan sumber investasi. Makin besar tabungan , makin besar investasi, dan makin tinggi pertumbuhan ekonomi. Apabila Harrod-Domar memberi tekanan pada pentingnya peranan modal, Arthur Lewis (1954) dengan model surplus of labor-nya memberikan tekanan pada peranan jumlah penduduk. Dalam model ini diasumsikan terdapat penawaran tenaga kerja yang sangat elastis. Ini berarti parapengusaha dapat meningkatkan produksinya dengan mempekerjakan tenaga kerja yang lebih banyak tanpa harus menaikkan tingkat upahnya.
Di tinjau dari system perekonomian di Timor Leste sangat mengharapkan kontribusi masyarakat Timor Leste untuk berusaha keras dalam mengembangkan sistem perekonmian di Timor Leste yang membutuhkan proses investasi atau menanam modal dalam meningkatkan perekonomian, namun kadang kala masyarakat Timor Leste khususnya masyarakat pedesaan masih menerapkan system perekonomian keluarga , tukar barang dengan barang (system barter). Hal ini akan mempengaruhi perkembangan perekonomian di Timor Leste.
Dengan demikian untuk meningkatnya pendapatan yang diperoleh kaum pemilik modal akan mendorong investasi-investasi baru, mempunyai hasrat menabung dan menanam modal (marginal propensity to save invest) yang lebih tinggi sehingga tingkat investasi yang tinggi pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Negara Timor Leste.


1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Berdasarkan dari uraian di atas adapun beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sistem perekonomian di Timor Leste
2. Untuk mengetahui perkembangan perekonomian di Timor Leste
1.3. KEGUNAAN
Adapun beberapa kegunaan penulis uraikan dibawah ini:
1. Sebagai suatu referensi bagi para Mahasiswa-Mahasiswi khususnya penulis
2. Menambah cakrawala para mahasiswa/i untuk mengembangkan kapasitas di bidang tersebut
3. Memberi kreatif kepada mahasiswa/i untuk menyusun sebuah makalah yang baik

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam perekonomian yang terbuka, di mana semua faktor produksi
dapat berpindah secara leluasa dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh semua negara, maka pertumbuhan semua negara di dunia akan konvergen, yang berarti kesenjangan akan berkurang. Teori pertumbuhan selanjutnya mencoba menemukan faktor-faktor lain di luar modal dan tenaga kerja, yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu teori berpendapat bahwa investasi sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas. Menurut Becker (1964) peningkatan produktivitas tenaga kerja ini dapat didorong melalui pendidikan dan pelatihan serta peningkatan derajat kesehatan. Teori human capital ini selanjutnya diperkuat dengan berbagai studi empiris antara lain untuk Amerika Serikat oleh Kendrick (1976). Selanjutnya, pertumbuhan yang bervariasi di antara negara-negara yang membangun melahirkan pandangan bahwa teknologi bukan faktor eksogen, tapi faktor endogen yang dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel kebijaksanaan (Romer, 1990).
Sumber pertumbuhan dalam teori endogen adalah meningkatnya stok pengetahuan dan ide baru dalam perekonomian yang mendorong tumbuhnya daya cipta, kreasi, inisiatif, yang diwujudkan dalam kegiatan inovatif dan produktif. Ini semua menuntut kualitas sumber daya manusia yang meningkat. Transformasi pengetahuan dan ide barutersebut dapat terajadi melalui kegiatan perdagangan internasional, penanaman modal, lisensi, konsultasi, dan komunikasi. Mengenai peran perdagangan dalam pertumbuhan, Nurkse (1953) menunjukkan bahwa perdagangan merupakan mesin pertumbuhan selama abad ke-19 bagi negara-negara yang sekarang termasuk dalam kelompok negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pada abad itu kegiatan industri yang termaju terkonsentrasi di Inggris. Pesatnya perkembngan industri dan pertumbuhan penduduk di Inggris yang miskin sumber alam telah meningkatkan permintaan bahan baku dan makanan dari negara-negra yang disebut diatas. Dengan demikian pertumbuhan yang terjadi di Inggris menyebar ke negara lain melalui perdagangan internasional. Kemudian kita melihat bahwa kamajuan ekonomi di negara-negara industri baru yang miskin sumber alam di belahan kedua abad ke-20, seperti Korea, Taiwan, Hongkong, dan Singapura, juga didorong oleh perdagangan internasional. Dalam kelompok teori pertumbuhan ini ada pandangan penting yang dianut oleh banyak pemikir pembangunan, yaitu teori tahapan pertumbuhan. Dua diantara yang penting adalah dari Rostow (1960) dan Chenery-syrquin (1975).
Menurut Rostow, transformasi dari negara terbelakang menjadi negara maju dapat dijelaskan melalui urutan tingkatan atau tahap pembangunan. Rostow mengemukakan 5 tahap yang dilalui oleh suatu negara dalam proses pembangunannya, yaitu tahap traditional society, preconditions for growth, the take-off, the drive to maturity, dan the age of high mass-cosumption.
Menurut Chenery dan Syrquin (1975), yang merupakan perkembangan pemikiran dari Collin Clark dan Kuznets, perkembangan perekonomian akan mengalami transformasi (konsumsi, produksi, dan lapangan kerja), dari perekonomian yang didominasi sektor pertanian menjadi didominasi sektor industri dan jasa. Salah satu harapan atau anggapan dari pengikut aliran teori pertumbuhan adalah bahwa hasil pertumbuhan akan dapat dinikmati masyarakat sampai di lapisan yang palig bawah. Namun, pengalaman pembangunan dalam tiga dasawarsa (1940-1970) menunjukkan bahwa rakyat di lapisan bawah tidak senantiasa menikmati cucuranhasil pembangunan seperti yang diharapkan. Bahkan dibanyak negara kesenjangan makin melebar. Hal ini disebabkan, meskipun pendapatan dan konsumsi mungkin meningkat, namun kelompok masyarakat yang sudah baik keadaannya dan lebih mampu memanfaatkan kesempatan, antara lain karena posisinya yang meguntungkan (privileged), akan memperoleh semua atau sebagian besar hasil pembangunan. Dengan demikian, yang kaya semakin bertambah kaya dan yang miskin tetap miskin bahkan dapat menjadi lebih miskin.Oleh karena itu, berkembang berbagai pemikiran untuk mencari alternatif lain terhadap pradigma yang semata-mata meberi penekanan kepada pertumbuhan, antara lain berkembang kelompok pemikiran yang disebut pradigma pembangunan sosial, yang tujuannya adalahmenyelenggarakan pembangunan yang lebih berkeadilan. Salah satu metode yang umum digunakan dalam menilai pengaruh pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat adalah dengan mempelajari distribusi pendapatan. Pembagian pendapatan berdasarkan kelas-kelas pendapatan dapat diukur dengan kurva Lorenz atau indeks Gini. Selain distribusi pendapatan, dampak dan hasil pembangunan juga dapat diukur dengan melihat tingkat kemiskinan (poverty) di suatu negara. Berbeda dengan distribusi pendapatan yang menggunakan konsep relatif, analisis yang mengenai tingkat kemiskinan menggunakan konsep absolut atau kemiskinan absolut. Meskipun pembangunan harus berkeadilan, namun disadari bahwa pertumbuhan tetap penting.
Upaya memadukan konsep pertumbuhan dan pemerataan merupakan tantangan yang jawabanya tidak henti-hentinya dicari dalam studi pembangunan. Sebuah model, yang dinamakan pemerataan dengan pertumbuhan atau redistribution with growth (RWG) dikembangkan berdasarkan suatu studi yang disponsori oleh Bank Dunia pada tahun 1974 (Chenery, et al.). Ide dasarnya adalah pemerintah harus mempengaruhi pola pembangunan sedemikian rupa sehingga produsen yang berpendapatan rendah (yang di banyak negara berlokasi di perdesaan dan produsen kecil di perkotaan) akan mendapat kesempatan meningkatkan pendapatan dan secara simultan menerima sumber ekonomi yang diperlukan. Masih dalam rangka mencari jawaban terhadap tantangan paradigma keadilan dalam pembangunan, berkembang pendekatan kebutuhan dasar manusia atau basic human needs (BHN) (Streeten, et al, 1981).
Stategi BHN disusun untuk menyediakan barang dan jasa dasar bagi masyarakat miskin, seperti makanan pokok, air dan sanitasi, perawatan kesehatan, pendidikan dasar, dan perumahan. Walaupun RWG and BHN mempunyai tujuan yang sama, tetapi dalam hal kebijaksanaan yang diambil terdapat perbedaan. RWG menekankan pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat miskin, sedangkan BHN menekankan pada penyediaan public services disertai jminan bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan tersebut. Masalah pengangguran juga makin mendapat perhatian dalam rangka pembangunan ekonomi yang menghendaki adanya pemerataan. Todaro (1985) mengemukakan, terdapat kaitan yang erat antara pengangguran, ketidakmerataan pendapatan, dan kemiskinan. Pada umumnya mereka yang tidakmemperoleh pekerjaan secara teratur termasuk dalam kelompok masyarakat miskin. Mereka yang memperoleh pekerjaan secara terus-menerus adalah yang berpendapatan menengah dan tinggi. Dengan demikian, memecahkan masalah pengangguran dapat memecahkan masalah kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Beberapa ahli berpendapat pula bahwa permerataan pendapatan akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja (Seers, 1970). Menurut teori ini, barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat miskin cenderung lebih bersifat padat tenaga kerja disbanding dengan konsumsi masyarakat yang berpendapatan lebih tinggi. Dengan demikian, pemerataan pendapatan akan menyebabkan pergeseran pola permintaan yang pada gilirannya akan menciptakan kesempatan kerja.
Dalam rangka perkembangan teori ekonomi politik dan pembangunan perlu dicatat pula bahwa aspek ideologi dan politik turut mempengaruhi pemikiran-pemikiran yang berkembang. Salah satu di antaranya adalah teori ketergantungan yang dikembangkan terutama berdasarkan keadaan pembangunan di Amerika Latin pada tahun 1950-an. Ciri utama dari teori ini adalah bahwa analisanya didasarkan pada adanya interaksi antara struktur internal dan eksternal dalam suatu sistem. Menurut teori ini (Baran, 1957), keterbelakangan negara-negara Amarika Latin terjadi pada saat masyarakat perkapitalis tergabung ke dalam sistem ekonomi dunia kapitalis. Dengan demikian, masyarakat tersebut kehilangan otonominya dan menjadi daerah “pinggiran”(periphery) dari negara metropolitan yang kapitalis.Daerah (negara) penggiran dijadikan “daerah-daerah jajahan”dari negara-negara metropolitan. Mereka hanya berfungsi sebagai produsen bahan mentah bagi kebutuhan industri daerah (negara) metropolitan, dan sebaliknyamerupakan konsumen barang-barang jadi yang dihasilkanindustri-industri di negara-negara metropolitan tersebut. Dengan demikian, timbul struktur ketergantungan yang merupakan rintangan yang hampir tak dapat diatasi serta merintangi pula pembangunan yang mandiri.

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam garis besarnya sistim ekonomi dibedakan menjadi 3 golongan:1. Ekonomi pasar
Ekonomi Pasar adalah perekonomian yang kegiatannya sepenuhnyadiatur oleh interaksi antara pembeli dan penjual di pasaran.
2. Ekonomi campuran dan
Ekonomi Campuran adalah Sistim ekonomi pasaran yang disertai campurtangan pemerintah.
3. Ekonomi perencanaan pusat. Ekonomi perencanaan pusat adalah sistem ekonomi yang kegiatannyasepenuhnya diatur oleh pemerintah.
Saat ini kita telah memasuki era globalisasi ekonomi yang memaksa petani sebagai produsen utama produk-produk pertanian secara langsung dan tidak langsung memasuki persaingan dengan banyak produsen lain ditingkat global. Produk-produk pertanian tidak hanya bersaing dengan produk-produk pertanian luar negeri di pasar global tetapi juga di pasar domestik. Dalam pasar global terbuka suatu negara tidak boleh mengenakan proteksi dan hambatan tarip terhadap komoditi yang masuk kewilayahnya. Dalam kondisi demikian persaingan menjadi semakin sengit dan ketat, produsen kuat bersaing dengan produsen lemah, akibatnya produsen yang kalah bersaing akan semakin termarginalkan. Keadaan demikian yang sekarang sedang terjadi dengan produk-produk pertanian khususnya produk pangan buah-buahan dan sayuran di negara Timor Leste.
Berbagai persetujuan internasional yang berkaitan dengan perdagangan internasional produk-produk pertanian seperti HACCP, SPS (Sanitary and Phytosanitary) dan TBT (Technical Barrier to Trade) yang memungkinkan diterapkannya hambatan non tarip dalam perdagangan internasional mulai diterapkan. Karena ketidak-siapan kita menghadapi penerapan persetujuan internasional dampaknya mulai kita rasakan saat ini. Pasar Timor Leste semakin dibanjiri produk pertanian segar impor sementara produk pertanian kita sulit memasuki pasar di negara-negara lain yang telah lama mempersiapkan infrastruktur yag memadai.
Globalisasi ekonomi kelihatannya tidak dapat dihalang-halangi atau dihambat apalagi Timor Leste telah meratifikasi kesepakatan perdagangan bebas yang diatur oleh pemerintah Timor Leste , juga persetujuan atau konvensi internasional lainnya sebagai konsekuensi Timor Leste yang menjadi anggota organisasi-organisasi internasional lainnya. Kita seharusnya menghadapi keadaan tersebut dengan meningkatkan kemampuan kelembagaan, teknologi, sumberdaya manusia dan sumber dana sehingga globalisasi ekonomi dapat kita manfaatkan sebagai peluang terbuka untuk menumbuhkan perekonomian bangsa dan rakyat. Kemampuan dan daya saing nasional dalam memasuki era globalisasi ekonomi perlu ditingkatkan. Dengan koordinasi yang efektif dan efisien oleh Pemerintah semua pemangku kepentingan (stakeholders) termasuk petani harus berupaya secara maksimal untuk meningkatkan kemampuannya masing-masing untuk menghasilkan produk pertanian yang mampu memenuhi berbagai persyaratan teknis yang diminta oleh konsumen global.
Banyak standar, pedoman dan rekomendasi teknis yang dikeluarkan oleh organisasi-organisasi internasional yang berpengaruh terhadap perdagangan internasional yang erat kaitannya dengan kegiatan perlindungan tanaman atau pengendalian hama (termasuk penyakit dan gulma tanaman). Peraturan tentang karantina tumbuhan dan Batas Maksimum Residu Pestisida dapat diambil sebagai contoh. Dewasa ini berbagai persyaratan dan standar teknis telah diminta oleh konsumen yang harus dilaksanakan oleh petani bila kita ingin agar produk pertanian Timor Leste diterima di pasar global. Agar petani dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global dan domestik perlu dilakukan perubahan dan perbaikan dalam praktek perlindungan tanaman yang aman bagi kesehatan dan lingkungan hidup.
Suatu perekonomian yang menggunakan uang sebagai perantara dalam kegiatan tukar menukar (Perdagangan) selalu disebut juga dengan istilah perekonomian uang. Namun demikian sampai dimana pentingnya uang di dalam tiap-tiap masyarakat tersebut berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Di dalam perekonomian subsistan uang tidaklah terlalu penting peranannya karena kegiatan perdagangan masih sangat terbatas setitik sedangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang uang sangatlah penting peranannya. Di dalam perekonomian yang lebih maju corak kegiatan ekonomi tidak seperti itu lagi. Penggunaan uang memungkinkan mereka melakukan spesialisasi yaitu setiap orang tidak lagi menghasilkan suebuah barang dan jasa yang diperlukan, tetapi mengkhususkan kepada menghasilan barang atau jasa yang dapat disediakan dengan lebih efisien. Dinegara Timor Leste khususnya di daerah pedesaan masyarakat masih menggunakan sistem tukar-menukar barang-barang (sistem barter) hal ini menunjukkan bahwa Timor Leste berbeda jauh dengan negara lain khususnya negara tetangga kita Indonesia yang mana sistem perekonomian berkembang pesat jika dibandingkan dengan negara Timor Leste.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari latar belakang sampai penutup penulis simpulkan bahwa :
1. Sistem-sistem perekonomian berbagai bentuk perekonomian di dunia ini diorganisasikan secara berbeda-beda bentuk organisasi perekonomian tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan, pandangan politik dan ideologi ekoomi dari masyarakat tersebut.dalam uraian di bawah diterangkan ciri-ciri pentig dari setiap perekonomian tersebut.
2. Sistem perekonomian di Timor Leste masih bersifat permitif (sistem barter) walaupun di daerah sudah beradaptasi dengan sistem-sistem moderenisasi
3. Kebijaksanaan yang menyangkut dimensi ruang dalam pembangunan perekonomian dipengaruhi oleh banyak faktor, disamping sistem pemerintahan, politik, dan ekonomi sebagaimana disebutkan diatas, juga oleh pandangan eideologi, kemampuan sumber daya manusia did aerah, pengelompokan wilayah, perubahan sosial, dan lain sebagainya. Implikasi aspek ruang yang meliputi tingkat pembangunan daerah, lokasi, mobilitas penduduk dan penyebarannya, serta budaya daerah, memiliki hubungan dan keterkaitan yang sangat erat dengan pembangunan ekonomi

4.2. Saran
Adapun penyusunan makalah ini penulis sarankan
1. Menghimbau kepada pemerintah untuk meningkatkan sistem perekonomian konsisten agar kita dapat mengembang sumber daya alam yang tersedia
2. Menghimbau kepada Universitas Nasional Timor Loro sa’e untuk bekerja sama dengan instansi dalam membahas sistem perekonomian yang masih premitif.
3. Berterima kasih kepada Dosen pengasuh yang selama ini memberikan peluang kepada kami untuk menyusun sebuah makalah yang tepat padat waktunya.


DAFTAR PUSTAKA

Maskumambang Kuncarajati , 2008 (Studi Kasus Penggemukan Sapi dengan Sistem Ingon di Kecamatan Mijen Kota Semarang)
Imran Nating, SH, 2003 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, (web-site) contact@solusihuhkum.com

M. Ajisatria Suleiman, 2008 , Perjalanan Panjang Terbentuknya Sistem Perdagangan Internasional, web-Site
www.ginandjar.com










No comments: